Resensi Hujan - Tere Liye ~ Blog Gopong

Resensi Hujan - Tere Liye

Sumber Photo : goodreads.com
Judul : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Januari 2016
Halaman : 320 halaman
ISBN : 9786020324784
Bahasa : Indonesia

Blrub
Tentang persahabatan
Tentang cinta
Tentang perpisahan
Tentang melupakan
Tentang hujan

******

Kisah hujan diawali ketika Lail mendatangi Elizah untuk menghapus kenangannya. Cerita kemudian mundur ke-8 tahun sebelumnya. Pada saat itu gempa super Volcano sedang terjadi, dan Lail baru berusia 13 tahun. Lail harus kehilangan kedua orang tuanya yang tdak elamat dari gempa. Pada saat itulah Lail bertemuj dengan Esok, anak laki-laki berusia 15 tahun yang menyelamatkannya. Esok harus menerima kenyataan karena harus kehilangan keempat kakaknya.

Sejak peristiwa tersebut Lail dan Esok menjadi dekat, mereka sama-sama tinggal ditempat pengungisan. Tapi mereka dak bisa bersama-sama selamanya karena Esok diadopsi oleh keluarga yang kaya. Sementara Lail tinggal dipanti. Tapi mereka merjanji untuk sering bertemu. Dipanti Lail sekamar dengan Maryam. Anak bermabut kribo dan jerawatan. Maryam akhirnya menjadi sahabat Lail. Bersama-sama mereka menjadi relawan. Waktu demi waktu berlalu kondisi alam selepas meletusnya gunung super volcano bukannya membaik tapi malah makin buruk, Esok telah menjadi seorang ilmuan meskipun usianya baru 17 tahun. Sementara itu, bersama Maryam, Lail mulai serius sekolah dan menjadi relawan.

Kenangan apa yang ingin dihapus Lail dari memori ingatannya? Bagaimana keadaan bumi pada tahun 2050?

Yuk dibaca novel bang Darwis Tere-Liye yang memiliki cover dan back cover sangat bagus ini.

“Takdir tanpa perasaan memilih siapapun yang dikehendakinya. Mungkin keajaiban itu datang melalui pertolongan serta doa-doa dari orang yang tidak kita kenal.” Hal 41

●●●●●●●

Hujan adalah karya kesekian Tere-Liye yang pernah saya baca, meskipun masih banyak juga yang belum saya baca. Seperti karya-karya bang Tere yang lainnya, Hujan juga mampu membuat saya merasa takjub. Tema yang diangkat dalam novel ini adalah isu Global Warming yang terjadi antara tahun 2042 sampai 2050, dan saya sangat suka dengan ide utamanya. Tapi menurut saya bang Tere masih tanggung nih menggambambarkan suasana Global Warming dan Sci-Finya, porsinya menurut saya malah kalah dengan kisah Lail. Padahal kalau saja cerita Global Warming dan Sci-finya lebih dibanyakin lagi akan membuat ceritanya makin seru.

Sci-Fi? Ya, seperti yang sudah saya singgung diatas tadi kalau setting dibuku ini adalah tahun 2042-2050, pastilah banyak teknogi-teknologi canggih yang telah lahir pada kurun waktu tersebut. Walaupun bang Tere menyebutkan alat-alat canggih dalam cerita buku ini, tapi menurut saya porsinya masih kurang.

Tokoh Esok digambarkan sebagai sosok yang jenius walau usianya masih sangat muda. Sementara Lail digambarkan sebagai sosok yang tertutup dan memendam segala permaslahannya sendiri. Dan entah kenapa aku malah tidak suka dengan tokoh Lail dibuku ini. Karakter Lail mengingatkan saya dengan karakter Tania di Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin yang sama-sama karya Tere-Liye. Seandainya ada Lail disini, satu kata yang ingin aku ucapkan buat dia, “Lail, kau terlalu mendramatisir hidupmu. Ini sudah tahun 2050 dan kau masih memikirkan cinta?

Lalu siapa tokoh yang saya idolakan? Maryam. Ya, Maryam. Digambarkan sebagai gadis kribo yang lucu, periang, dan menyenangkan. Karakternya benar-benar hidup. Selain suka pada kisah dalam buku ini, ada satu hal lagi yang saya suka, yaitu desain covernya. Ya covernya yang berwarna biru membuat kesan adem.

Secara kesuluruhan saya kasih 4,5/5 untuk buku yang memiliki alur maju mundur dan blrub yang cukup unik ini.


Previous
Next Post »
Thanks for your comment

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER